Just Do Our Best in This Life…!

     “Aku cape’! Sudah sekian lama aku coba memperbaiki diri…, tapi mereka tetap menganggap aku sama. Aku harus gimana lagi? Mendingan aku balik lagi kaya’ dulu, lebih enjoy, lebih asyik! Percuma! Perubahan aku gak ada artinya. Emang siapa mereka? Orang yang gak pernah salah? Orang yang sempurna?”

     Kawan, pernahkah kita mendengar ada rekan kita yang mengatakan hal tersebut? Jenuh, lelah, plus kecewa jadi satu.. Atau pernahkah kita mendengar kawan kita berkata seperti ini. “Kenapa, sih, suka ngomongin aku atau orang lain? Kalo lagi benci sama dia, pasti ngomongin keburukannya ke aku atau teman-teman yang lain, tapi kalo lagi benci sama aku, pasti ngomongin keburukan aku sama teman yang lain… Mau mengadu domba (namimah) atau sekedar melampiaskan kekesalan? Memangnya gak lihat efeknya, apa? Pantas saja rekan-rekan jadi menjauh dariku… Sayangnya, sudah tau dia suka membicarakan orang lain, teman-teman masih saja menikmati… Emang gak takut dosa, yah?!!”

     Nah, peristiwa demikian sepertinya sudah tidak asing lagi di lingkungan sosial kita. Baik senior, junior, akhwat, ikhwan, yang pendiam, yang cerewet, dsb. Hal yang sudah menjadi rutinitas yang kadang tidak kita sadari atau kadang bukan tidak kita sadari, tetapi bahkan kita buat kamuflase supaya lebih indah dan masuk akal. Siapa yang mengira suatu cerita menarik adalah suatu “ghibah” ketika dibawakan dengan cara yang yahuut. Atau untuk sekedar ngeles ketika ada rekan yang mengingatkan, sang peng-ghibbah selanjutnya mengatakan, “ih, itu, kan fakta, bukan gossip!” Ya, iyalah, kalo itu adalah suatu yang tidak nyata lalu dibicarakan, bukan ghibbah namanya, tapi… “fitnah”! Na’udzubillah…

     So, rekan-rekan, apa yang hendaknya kita lakukan dengan keadaan yang demikian? Diam saja, mengingatkan, atau… “kapan lagi tau gossip baru!”. He..he.. Saudaraku yang dirahmati karena Allah… Allah mengajarkan dalam Qur’an agar kita berusaha untuk senantiasa ber-muhasabah dan memperbaiki diri. Sungguh hebat saudara-saudara kita yang siap menerima evaluasi dari saudaranya dengan lapang dada, apalagi ketika disampaikan dengan cara yang kurang bijak. Subhanallah… Semoga Allah senantiasa merahmatimu, Saudaraku! Ya, tugas kita adalah berusaha memperbaiki diri menjadi hamba-Nya yang shalih, terus berjuang agar Allah bisa sayang sama kita. Lalu bagaimana jika sudah berusaha dan sudah ada perubahan, tetapi orang lain belum melihatnya secara jelas, bahkan masih menganggap “sama”?

   Jika pada edisi sebelumnya, dibahas mengenai rumus dalam berusaha, nah, sekarang kita akan bahas mengenai rumus Perbuatan dan Respon. Secara umum, jika kita berbuat suatu keburukan atau kejahatan, maka hal tersebut akan cepat terdeteksi oleh orang-orang di sekitar kita, sebaliknya apabila kita berbuat suatu kebaikan, maka hal tersebut akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat terdeteksi oleh orang-orang di sekitar kita. Perbandingannya cukup jauh! Misalnya ada seseorang yang baik, kemudian ia berbuat suatu keburukan, mungkin hanya membutuhkan beberapa hari saja untuk dapat merusak reputasinya, sedangkan seorang yang dikenal kurang baik, kemudian ia hendak memperbaiki diri, umumnya, orang-orang di sekitarnya baru dapat menganggapnya baik setelah perbuatan baik tersebut berlangsung kontinyu selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Tidak percaya?? Coba saja sendiri! Titik hitam pada kertas yang putih tampak sebagai “titik hitam pada kertas yang putih”, bukan “kertas putih yang di atasnya terdapat titik hitam”. Mengapa, hayoo?! Jadi, bagi para pembelajar sejati, janganlah dirimu lelah, letih, dan jenuh dengan perlakuan orang-orang di sekitarmu yang belum bijak untuk menghargai perbaikan yang telah kaulakukan. Teruslah berjuang memperbaiki diri… pahami rumus Perbuatan dan Respon, Insya Allah dirimu akan lebih bisa memahami kekurangbijakkan saudaramu itu… Terus berjuang memperbaharui semangat!

     Untuk Sudara-saudaraku karena Allah, marilah kita coba memandang dengan sudut pandang yang berbeda, nikmati perbedaannya, rasakan rahmat Allah mengalir di dalamnya. Mari sama-sama memandang sesuatu dengan lebih bijak dan menyikapinya dengan penuh rahmat. Jangan sampai saudara yang ada di sekitar kita merasa lebih enjoy dengan kebiasaan buruknya karena kita kurang menghargai perbaikan yang telah dilakukannya. Dalam Q.S. Al-Hujurat; 12 Allah menyuruh kita untuk tidak mencari-cari kesalahan orang lain dan menggunjing orang lain. Apapun kekurangan saudara kita, marilah kita sikapi dengan bijak. Ingatkan dengan cara yang baik, secara langsung, maupun tidak langsung lakukan mana yang menurut Antum lebih baik. Jika sudah mengingatkan, namun belum berhasil juga, maka doakanlah ia. Janganlah membicarakan keburukannya sehingga orang lain membencinya karena kita, bukan berniat baik untuk mengingatkannya. Gak mau, kan makan daging saudaranya yang sudah mati? Pasti kita jijik! Oleh karena itu, jauhilah ghibbah dan kebanyakan dari prasangka. (Baca Q.S. Al-Hujurat; 12).

     Suatu hari rasulullah pernah bersabda, ”Tahukah kalian apa itu ghibbah? Jawab para sahabat: Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka Rasul berkata: Engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar-benar ada hal yang tidak dibicarakan itu? Jawab nabi saw: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya, maka kamu telah meng-ghibbah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya.” (H.R. Muslim 2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935).

     So, buat kamu-kamu para hamba yang takut kepada Rabb-nya, maka ingatlah baik-baik firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat; 6 yang artinya “Hai, orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang pasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Jadi, jangan mau, yah, kalo ujug-ujug ada rekan yang mendekati kamu terus dia cerita hal negatif tentang teman kamu terus kamu langsung percaya aja! Kecuali memang sudah diniatkan untuk mencari solusi dari suatu permasalahan. Tapi, hati-hati, alasan ini jangan digunakan untuk melegalisasi praktek-praktek ghibbah! Sesungguhnya Allah Maha tahu apa yang kita terangkan, maupun yang kita sembunyikan.. Beruntunglah orang yang selalu memperbaharui semangatnya dalam setiap waktu, menjaga niatnya tetap pada kebaikan, dan menemukan Allah dalam tiap gerak langkahnya! Semoga Allah swt meridhoi dan menggantikan tiap langkahmu dengan jannah-Nya… JUST DO THE BEST ! Wallahu a’lam bishshowab. 

*Elc-Eel*

Comments on: "Just Do The Best ! (Seri II)" (2)

  1. Seandainya (dan masih bisa diubah koq :)) ada pemenggalan paragraf tentu akan lebih nyaman di baca. Ayo pembelajar sejati, kapan posting seri I-nya? (Nah lho, bukan mestinya seri-III :P)

Tinggalkan komentar